Masa Senja Pengrajin Tajau

Wartaniaga.com,Banjarmasin- Diera tahun 2000 an ke bawah tajau masih memiliki pasar walau hanya dipelosok pedesaan. Tapi kini, tempat air yang terbuat campuran semen dan pasir yang dulunya hampir dimiliki oleh setiap rumah masyarakat banjar ini makin tidak diminati lagi.

Seiring perkembangan zaman, tajau mulai ditinggalkan, berganti dengan penampungan air yang berbahan plastik, lebih ringan dengan berbagai model dan bentuk.  Terlebih lagi, masyarakat sudah menggunkan air PDAM dan sumur bor untuk keperluan sehari-hari.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Alhasil, Kampung Tajau sebagai sentral pembuatan tajau  yang terletak di kawasan Kuin Utara,  Banjarmasin Utara, hanya meninggalkan satu pengrajin saja.  Adalah Masyasin yang masih bertahan dengan pekerjaannya sebagai pengrajin tajau.

Dikatakannya, 20 tahun yang lalu, benda yang berbentuk bulat ini masih banyak peminatnya, bukan hanya berasal dari kota Banjarmasin tetapi juga beberapa daerah seperti Anjir, Tamban, Marabahan,Sungai Tabuk bahkan tak jarang dari Hulu Sungai.

Namun kini masa keemasan tajau sudah berlalu berganti dengan menanti masa senja yang bukan tidak mungkin akan musnah. Masyasin mengaku dalam sebulan hanya menjual antara 10 sampai 15 buah, itupun hanya pesanan.

“ Sekarang banyak mengerjakan pesanan saja, kalaupun untuk stok jualan hanya beberapa buah saja karena sehari-hari hampir tidak ada penjualan” katanya kepada wartaniaga.com

Bukan itu saja, harga semen yang makin mahal menambah biaya produksinya juga ikut meningkat. Dulunya sebuah tajau ukuran 8 bisa dijual seharga Rp 40 ribu, tapi kini naik sebesar Rp 10.000 menjadi Rp. 55.000.

“ Untuk ukuran 8 yang merupakan tajau  terkecil harganya Rp 55 ribu, ukuran 10 Rp 70 ribu dan paling besar ukuran 12 dijual sebesar Rp 90 an ribuan” katanya seraya menambahkan harga itu diluar ongkos kirim jika pembeli minta diantar sampai ke rumah.

Dirinya berharap tajau sebagai salah satu ciri khas Banjarmasin mendapat perhatian dari pemerintah meskipun fungsinya sudah tergantikan dengan wadah air yang lain.

“ Jangan sampai kampung Tajau hanya tinggal namanya saja tetapi para pengrajin dan bendanya tidak terlihat lagi, semoga pemerintah dapat mencarikan solusi agar tajau dapat menjadi salah ciri khas Banjarmasin” harapnya.

Penulis : Didin Ariyadi

Foto : Didin Ariyadi

Pos terkait

banner 468x60