FEELING IS BELIEVING. TIDAK ada yang dapat ditemukan di akal, jika sebelumnya belum ditemukan di indera (Michael Servetus).
Usaha apa pun dalam pertumbuhan dan perkembangannya, selalu menunjukkan tanda-tanda baik atau buruk yang harus dikelola secara tertentu. Banyak pengelola usaha abai akan tanda-tanda itu sehingga usaha yang sudah baik menjadi buruk dan yang buruk menjadi hancur. Semua itu karena pengelola tidak memiliki alat bantu (sistem) ilmu pengetahuan, khususnya bidang manajemen usaha.
Contoh analogi, banyak tanda-tanda alam luar biasa yang nampak oleh orang lain, tetapi mustahil ditemukan oleh orang (di) Indonesia, padahal obyek itu ada di depan atau di pelupuk mata. Misal, peneliti Thomas Zeuch dari University of Goottingen berhasil mengetahui diperlukan 275 molekul air untuk membentuk kristal es dengan bantuan alat spektrometer massa dan spektroskopi inframerah (4/10/2012). Contoh lain sebelumnya, astronom menemukan dua bulan baru di planet Jupiter, sehingga jumlah bulan di tata Surya menjadi 66 buah dengan menggunakan alat teleskop Magellan Baade (6/2/12).
Siapa pun, termasuk di Indonesia, di Kalimantan Selatan, di Banjarmasin, tanpa alat bantu iptek serupa tidak peka terhadap tanda-tanda alam seperti itu. Begitu juga dalam mengelola usaha. Tanpa alat bantu (sistem) ilmu pengetahuan, pengelola atau pengamat seperti menderita rabun dekat (hipermitropia) dan rabun jauh (miopia) akan tanda-tanda usaha yang dikelola atau di sekelilingnya. Dan, alat bantu mengenali pertumbuhan dan perkembangan usaha itu berupa teori atau berbentuk diagram manajemen. (Jadi, jika membeli buku atau mengikuti seminar, pelatihan atau kuliah apa pun, cari atau mintalah diagramnya pada pembicara, bukan sekadar motivasi kata-kata belaka).
Ketidakmampuan panca indera (five senses) dan indera pikiran (common sense) normal seseorang merasakan dan memahami tanda-tanda sekeliling, karena ketiadaan alat bantu iptek panca indera dan indera pikiran. Tanda-tanda usaha yang ada jika tidak dicermati dengan alat bantu indera pikiran berupa sistem ilmu pengetahuan, hasilnya bagai kejadian biasa yang tak ada artinya. Sama halnya mengamati segenggam pasir atau taburan bintang dengan mata telanjang, tanpa alat bantu mikroskop atau teleskop. Hasilnya tak lebih dari segenggam pasir atau taburan bintang.
Intinya, kemajuan apa dan siapa pun memahami atau mengelola sesuatu tergantung alat bantu iptek yang dikuasai. Baik itu bidang pertanian, industri, keuangan, rekayasa, pemasaran, pelayanan, komputer, penelitian, pengembangan sumber daya manusia, dan kreativitas. Akhirnya, hasil apa yang diharapkan meraba-raba menjalankan usaha dengan indera telanjang atau pikiran telanjang? Lebih banyak celaka.
PEKERJAAN dengan tangan telanjang maupun dengan nalar, jika dibiarkan tanpa alat bantu, membuat manusia tidak bisa berbuat banyak (Francis Bacon).
BAGAIMANA Strategi Anda?
Oleh: Qinimain Zain