Statistik Kakao Indonesia 2020 yang dilansir BPS-2021 menyebutkan tentang fluktuasi volume dan nilai ekspor kakao selama lima tahun, 2016 – 2020. Capaian volume ekspor kakao pada 2016 sebesar 330.029 ton dengan nilai sebesar US$1,239 miliar, meningkat menjadi 354.880 ton pada 2017 namun nilai ekspor menurun ke US$1,120 miliar.
Setahun kemudian, pada 2018, capaian ekspor meningkat ke 380.827 ton senilai US$1,245 miliar kemudian melorot lagi ke 358.481 pada 2019, begitu pula nilai ekspor hanya mencapai US$1,198 miliar. Tahun berikutnya, 2020, kembali meningkat ke 377.849 ton sementara dari sisi nilai ekspor malah meningkat ke US$1,244 miliar.
Ekspor kakao Indonesia saat ini diseluruh wilayah pasar dunia dengan berbagai benua, seperti Asia, Amerika, Eropa, Afrika, dan Australia. Adapun negara tujuan utama ekspor kakao Indonesia di antaranya adalah Malaysia, Amerika Serikat, India, Cina, Belanda, dan lainnya. Dari BPS Tahun 2020 perbandingan Negara tujuan eksport Indonesia adalah sebagai berikut :
Perbandingan ekspor kakao menurut Negara Tujuan
Negara
Tujuan Ekspor |
Volume
(ribu-ton) |
Prosentase
(%) |
Malaysia | 67,47 | 18% |
Amerika | 49,04 | 13% |
India | 38,1 | 10% |
China | 29,04 | 8% |
Belanda | 21,6 | 6% |
Lainnya | 172,6 | 45% |
Berdasarkan eksport tahun 2020 yang meningkat dibanding tahun 2019, namun belum bisa lebih besar dari tahun 2018, maka diperlukan upaya peningkatan eksport. Ekspor kakao Indonesia baik dalam bentuk biji maupun olahan harus memiliki daya saing (Agustin; 2022).Berdasarkan faktor berpengaruh secara singnifikan terhadap daya saing bubuk coklat adalah nilai tukar, suku bunga, tingkat liberalisasi perdagangan, harga produk substitusi, pendapatan perkapita Indonesia, dan pendapatan perkapita negara konsumen Munandar (2006). Karena itu Ekspor kakao sebaiknya bukan hanya biji kakao , tetapi juga produk olahan seperti cocoa butter, cocoa pasta, dan cocoa powder (Agustin et all;2022).