Twokang, Petik Berkah dari Palet Kayu

Twokang, Petik Berkah dari Palet Kayu

Wartaniaga.com, Banjarmasin – Palet kayu yang biasa digunakan sebagai bantalan pengiriman barang (peti kemas) kerap hanya menjadi barang yang tidak berguna bagi sebagian orang. Namun di tangan sejumlah pemuda di Banjarmasin, barang ini diolah menjadi benda yang memiliki nilai jual. Lewat usaha Twokang_indonesia, mereka bisa meraup omzet belasan juta rupiah perbulan.

Limbah kayu bekas tidak selamanya menjadi sampah yang tidak berguna. Dengan ide kreatif dan polah jari jemari yang terampil, bahan sisa yang seakan tak punya nilai itu bisa disulap menjadi benda yang bernilai jual tinggi.

Bacaan Lainnya
banner 300x250

Berawal dari semangat cinta lingkungan dan alam, bisnis yang di prakarsai oleh 3 orang pemuda asal Banjarmasin ini dimulai. Happy Bima, Valentino, Dan Mukhlasyin, mereka mampu menyulap limbah kayu bekas itu menjadi aneka furniture yang memiliki nilai jual.

Twokang, Petik Berkah dari Palet Kayu

“Kami berniat untuk bisa sedikit berperan aktif dalam menghasilkan produk recycle (daur ulang) ini juga sebagai upaya menjaga bumi dari kehancuran,” ucap Valentino kepada wartaniaga.com, Sabtu (26/10).

Mereka memilih jenis kayu limbah palet kayu pinus atau kayu jati belanda dari luar negeri sebagai bahan baku. Alasannya, kayu-kayu tersebut memiliki sertifikasi International Plant Protection Convention (IPPC) dari PBB (standar ISPM-15), sehingga jelas negara asalnya.

“Kami hanya mengambil yang heat treatment, bukan yang dicelup cairan kimia Bromide dan bukan pinus hasil penebangan liar,” ucap Happy.

Dibawah naungan twokang, 3 pemuda ini bisa menghasilkan benda seperti gantungan baju, meja laptop, kursi dan meja ruang tamu, kafe, taman, mini booth, rak, lemari, wall decoration, lampu hias, kitchen set, ranjang, dan gerobak.

Bahan baku kayu pinus jarang beredar di Indonesia, sebab pohon Pinus sendiri termasuk jenis tumbuhan yang dilindungi keberadaannya olah pemerintah, Padahal kayu tersebut memiliki serat corak yang indah untuk dijadikan bahan furniture layaknya kayu jati. Inilah yang dijadikan alasan 3 pemuda ini memilih bahan tersebut.

Omset sebulan, Happy mengaku, paling banyak mereka bisa mendapatkan pesanan hingga 10 mebel, dari situ, mereka bisa meraup hasil sekitar Rp 15 juta perbulan, mereka tidak menyediakan barang jadi, pasalnya setiap orang seleranya pasti berbeda-beda,

“Kami hanya mengerjakan ketika ada order dan menyesuaikan dengan permintaan konsumen bagaimana maunya” tambah Happy sambil memukulkan palunya pada lemari yang sedang ia selesaikan.

Usaha yang dimulai sejak tahun 2014 ini tidak semata-mata berjalan mulus. Happy mengaku agak kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar, sebab bahan baku seperti kayu pallet pinus ini susah untuk didapatkan. Beda kalau dipulau jawa,

“Disana kan ada pelabuhan internasional, otomatis gampang mencari bahan palet. kadang yang sampai ke Banjarmasin ini pun kayu palet sisa sortiran dari Surabaya dan Jakarta,” ungkapnya.

Produk-produk hasil karya mereka di banderol mulai dari Rp 350.000 hingga 6.000.000 per unitnya. Tergantung dari tingkat kesulitan model pesanan konsumen dan promosi yang dijalankan, adapun promosi mereka masih sebatas dengan penggunaan media sosial dengan nama akun @twokang_indonesia.

Reporter : Zakir
Editor : Mukta
Foto : Zakir

Pos terkait

banner 468x60