Wartaniaga.com, Martapura- Apa yang dilakukan masyarakat desa Mandi Kapau Barat, Kecamatan Karang Intan, Kabupaten Banjar, patut menjadi contoh bagi desa lain. Betapa tidak, memanfaatkan potensi desa yang dimilikinya, kini desa yang dulunya hanya dikelilingi hamparan eceng gondok berubah menjadi objek wisata yang beromset ratusan juta.
Dimotori sang Pambakal ( kepala desa,red) Abdul Basit bersama masyarakat bahu-membahu membersihkan danau yang lebarnya tidak kurang dari 75 meter dengan panjang 300 meter pada akhir tahun 2017 lalu.
“Tujuan awal kami membersihkan danau itu agar masyarakat mudah mencari ikan, karena dari tahun 1992 hingga 2017 tempat ini tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal, paling hanya sebagai wadah memancing sebagian masyarakat desa saja” terangnya kepada wartaniaga.com
Namun, tambah Basit, setelah bersih banyak masyarakat yang menjadikan tempat ini sebagai wadah berswafoto serta beristirahat sembil menikmati indahnya danau dan gugusan gunung Meratus.
Berangkat dari sinilah, dirinya mengajak masyarakat untuk melengkapi danau ini dengan berbagai fasilitas. Alhasil, dengan menggunakan dana desa serta swadaya masyarakat terciptalah 7 buah tempat swafoto (selfi,red) yang menarik.
Bukan itu saja, guna menambah pendapatan kas desa pihaknya juga mendatangkan permainan sepeda air, banana boat, klotok serta speed boat sebagai sarana bagi pengunjung yang ingin menikmati jernihnya air danau Tamiyang ini.
Didukung dengan lahan parkir yang sangat luas, Basit yakin danau ini akan menjadi objek wisata yang dapat membantu perekonomian masyarakat desa.
Gayung bersambut, tepatnya pada 3 Febuari 2018 Pemerintah Kabupaten Banjar meresmikan danau ini sebagai salah satu objek wisata di daerahnya.
“ Alhamdulillah pada bulan Febuari lalu kami telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Dinas Pariwasata Prov Kalsel dan Kabupaten Banjar sebagai salah satu objek wisata” katanya seraya menambahkan sekalian diresmikan oleh Sekda Kalsel dan Bupati Banjar.
Basit menjamin objek wisata yang ada di desanya ini selain menyajikan keindahan alam juga menjadi wadah yang nyaman dan aman bagi para wisatawan. “ Keamanan wisatawan dan kebersihan serta kenyamanan tempat merupakan prioritas kami” tuturnya.
Berbekal prinsif itulah, pengunjung yang datang ketempat ini selalu meningkat. Tercatat pada hari biasa jumlahnya mencapai 300 an orang dan weekend tidak kurang dari 500 an pengunjung. “ Pada lebaran H+ 2 dan H+3 jumlahnya mencapai 2500 an wisatawan” bebernya.
Menariknya, selain hanya membandrol harga tiket sebesar Rp. 5 000, pihaknya juga membesarkan tempat selfi dan kamar mandi bagi pengunjung. “ Di sini yang bayar hanya tiket masuk dan permainan air, sedangkan yang lainnya gratis termasuk kamar mandi dan tempat selfi” papar Basit.
Baginya, tujuan dibuatnya objek wisata ini tidak lain untuk membantu kesejahteraan masyarakat desa yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. “ Salah satu tujuan pembuatan objek wisata ini untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa, sekarang mereka sudah memiliki usaha kuliner” imbuhnya.
Dirinya juga berharap pemerintah daerah dapat memberikan pelatihan untuk membuat kerajinan tangan sebagai cinderamata bagi para wisatawan. “ Semoga nantinya ada pelatihan handycraf yang khas sebagai oleh-oleh bagi para pengunjung” harapnya
Penulis / Foto : Didin Ariyadi