Wartaniaga.com, Banjarbaru – Bahaya obat ranitidin yang dapat memicu kanker, ternyata banyak kalangan tenaga medis yang tidak mengetahuinya. Bahkan dokter sekalipun pernah memberikan resep obat pereda mag tersebut kepada ibu hamil.
Itu terungkap berdasarkan pengakuan pasien dokter di salah satu praktek di Banjarbaru, Lina ibu hamil muda ini sempat mengkonsumsi obat tersebut. Setelah menerima informasi soal larangan dan kandungan obat tersebut, ia memutuskan berhenti mengkonsumsinya.
Ia mengaku, obat dibeli dari resep dokter di rumah sakit untuk mengatasi mual pada perutnya.
“Pertama memang nggak tau sih, tapi pas liat apotek tidak menjual lagi, yang katanya ibu hamil berbahaya mengkonsumsinya dan bisa menyebabkan kanker, maka dia berhenti menggunakannya,” ungkapnya.
P
Selain ibu hamil, Retni mengaku sudah pernah beberapa kali mengkonsumsi obat tersebut untuk pereda maag, yang sering dialaminya dan memang terbukti ampuh dalam mengurangi bahkan menyembuhkan asam lambungnya naik.
“Pernah itu, pas masih sakit maag karena asam lambung naik, tapi begitu mengkonsumsi, terasa ampuh dalam 60 detik,” ujarnyanya kepada Wartaniaga.com, Minggu (20/10).
Menanggapi itu, Staff Farmasi Kesehatan (Farmalkes) Dinas Kesehatan Kota Banjarbaru, Rudi Salam, menjelaskan sesuai surat edaran yang dilayangkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) ke Dinas Kesehatan Kota se Kalimantan Selatan, memang jelas sudah terkontaminasi nitrosodimethylamine (NDMA) yang bisa memicu kanker dan penyakit lainnya.
“Dari lampiran yang diberikan BPOM kepada kami memang seperti itu,” ucapnya.
Rudy juga menjelaskan, sesuai dari tupoksi yang mengeluarkan izin edar yaitu BPOM menghentikan peredaran tersebut, sehingga Dinkes dan Puskesmas akan berkoordinsi terhadap produk itu dan pihaknya tidak mempunyai daftar lampiran obat ini untuk didistribusikan ke pelaku farmasi seperti toko obat dan apotek.
“Kami masih menunggu hasil pemeriksaannya seperti apa, baik produsen yang membeli Ranitidine atau penjual,” cetusnya.
Bahkan, tim kesehatan Puskesmas Landasan Ulin Timur, Andy Sasmita, mengatakan pihaknya tidak lagi menyediakan obat tersebut karena banyak mengandung zak kimia berlebih, sehingga masyarakat yang sudah kecanduan obat tersebut dapat segera diberikan pengertian agar tidak mengonsumsi Ranitidine.
“Kalau dikonsumsi berlebihan memang bahaya, kami sudah himbau untuk tidak dikonsumsi oleh pasien,” pungkasnya.
Reporter : Riswan
Editor : Hamdani
Foto : Riswan