Wartaniaga.com,Kotabaru- Daya tarik masuknya Festival Budaya Sa-Ijaan (FBS) dalam Karisma Event Nusantara (KEN) oleh Kemenparekraf RI karena menjual Magic From The Sea atau sihir dari laut, Kamis (1/6).
Dalam sihir dari laut tersebut adalah budaya dari Suku Bajau Samah di Kotabaru. Yang mana mereka mempunyai ritual khusus setahun sekali yang diberi nama Selamatan Leut.
Dalam FBS kali tahun ini Selamatan Leut terjadwal di hari kedua dan ketiga dari agenda FBS 1-6 Juni.
Namun sebelum berlangsungnya acara Selamatan Leut, Kamis (1/6) sore di pembukaan FBS juga ada artis cantik Nabila Maharani.
Hal itu semua diungkapkan Kabid Event dan Pertunjukan Disparpora Kotabaru menjelang berlangsungnya FBS, Selasa (30/5).
Merasa kurang puas, Wartaniaga.com mencoba menelisik dan mendalami tentang budaya yang membuat Kemenparekraf tertarik memasukkan FBS masuk dalam KEN.
Setelah bertanya sana sini, Wartaniaga.com bertemu dengan Kai Mukhtar di rumahnya di Rampa Baru.
Dengan penuh semangat Kai Mukhtar menceritakan, bahwa acara Selamatan Leut adalah ritual yang wajib dilakukan setiap tahun oleh Suku Bajau Samah di Kotabaru.
Yang mana dari segi makna Selamat Leut ini adalah persembahan kepada pencipta atas rejeki yang diberikan di laut, lebih dalamnya sebagai ungkapan rasa syukur atas limpahan rezeki, kesehatan dan keselamatan.
Dalam proses Selamatan Leut ini, dikomandoi langsung seorang Sandro atau pemuka adat yang di percaya di Suku Bajau Samah.
Prasyaratnya, dalam upacara adat ini wajib menyediakan Kelengkea yang terbuat dari daun nipah persegi empat, yang mana didalamnya diisi kue 41 macam.
Selain kue, juga diisi kepala Kambing. Namun kambingnya tidak boleh sembarangan, harus yang berwarna hitam, disitu juga harus ada tumpeng lakatan besar berwarna kuning, dan tiga kecil berwarna hitam, putih sama kuning.
“Semua ini prasyarat ini dipersembahkan, untuk yang di darat. Pelaksanaannya di antara Magrib dan Isya,” ungkap Kai Mukhtar.
Sedangkan lanjutnya, untuk acara sakralnya pada siang harinya di tengah laut, dengan prasyarat kurang lebih saat di daratan. Namun ada sedikit tambahan yaitu empat batang tebu.
Setelah prasyarat semua sudah tersedia, masyarakat Suku Bajau Samah langsung berbondong-bondong ke laut mengunakan perahu jenis balapan. Jumlahnya perahunya pun tidak tanggung tanggung yaitu ribuan.
Setelah sampai di tengah laut di tempat yang dituju. ada tempat yang sudah disiapkan berbentuk rumah kecil, dengan keadaan mengapung di laut.
Berpatokan dengan rumah kecil itu, masyarakat yang berbondong bondong tadi langsung mengelilingi perahu dan disitulah berlangsung upacara Selamatan Leut yang dipimpin Sandro.
Setelah selesai pembacaan ritual adat. Masyarakat Suku Bajau yang ikut tadi langsung beramai ramai melompat ke laut, disitu sambil diiringi bunyian gendang khas suku Bajau.
Kue yang di bawa dan diletakkan di atas rumah kecil tersebut pun diperebutkan. Lalu setelah itu Sandro tadi langsung menancapkan bambu dan tempurung kelapa kedalam air laut.
Ajaibnya, setelah ditancapkan batang bambu tersebut air disekitar tersebut seketika berubah menjadi tawar. Lalu masyarakat yang ada disekitar itu pun beramai ramai mengambil airnya.
“Menurut kepercayaan kami Suku Bajau Samah. Air yang berubah jadi tawar itu mempunyai khasiat bisa menyembuhkan segala macam penyakit dan membuat daya tahan tubuh kuat,” tambahnya.
Setelah air kembali menjadi asin, tambahnya acara adat pun selesai masyarakat Su Bajau Samah pun kembali ke daratan.
Reporter: Jumain.
Editor : Nirma Hafizah