Wartaniaga.com,Kotabaru- Lembaga Adat Kerukunan dan Kerakatan Kerajaan Cantung melaksanakan haul di Komplek Makam Keluarga Kerajaan Cantung (Kubur Besar) di Desa Banua Lawas Kecamatan Kelumpang Hulu, Rabu (26/7).
Terpantau di lapangan dalam Komplek makam kerajaan tersebut udaranya sangat nyaman, sejuk dan menarik.
Karena disamping makam terdapat hutan yang membuat udaranya sangat nyaman. Selain itu juga ada Sungai Cantung yang airnya sangat jernih.
Tidak heran, dalam pelaksanaan haul tersebut juga dihadiri berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari Habaib, ulama, zuriat kerajaan, pemerintahan, anak sekolah, dan TNI-Polri.
Semuanya serentak memakai pakaian muslim mengenakan peci untuk laki laki. Sedangkan untuk perempuannya memakai syar’i.
Saat berlangsungnya acara, dimulai dengan pembacaan Maulid Habsyi, pembacaan kalam ilahi dan ceramah agama yang menambah khidmatnya haul tersebut.
Yang paling menarik, pertengahan acara Saijul Kurnain Sejarawan Kotabaru membacakan sejarah singkat Kerajaan Cantung.
Diceritakannya, bahwa Raja Cantung pertama adalah Ratu Intan 1 anak dari Sultan Tamjidillah yang bermakam di Bakau.
Dan Kerajaan Cantung berakhir di masa Raja Aji Kesuma Negara Raja Cantung ke 5. Pusat pemerintahannya di Gunung Jawa Sakadoyan pada 1 Juni 1867 dan selanjutnya di pindah ke Muara Salat Desa Banua Lawas.
Di 23 Agustus 1890 Pangeran Aji Kesuma Negara Raja Cantung ke 5 dijadikan tahanan politik oleh VOC Belanda ke Bondowoso Provinsi Jawa Timur hingga wafat disana.
“Dalam haul ini merupakan wujud penghormatan kita kepada leluhur dalam memperjuangkan Islam di Kerajaan Cantung ini,” ungkapnya.
Ditambahkannya, sekarang sudah waktunya harus lebih kenal lagi dengan sejarah untuk mengetahui jati diri.
“Intinya pesan kali ini bahwa kita harus tetap memperjuangkan perjuangan terdahulu dengan keadaan yang sesuai dengan zamannya sekarang,” lanjutnya.
Sementara Rudi Nugraha Kabid Event dan Pertunjukan Disparpora Kotabaru yang turut hadir berkomentar bahwa, sejarah jangan sampai dilupakan karena merupakan aset yang sangat berharga bagi negara ini.
“Kenapa kita harus mencintai sejarah ataupun budaya, karena itu adalah modal dan identitas kita. Kalau itu tidak ada kita akan kehilangan identitas,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, dalam sejarah kerjaan banyak mengandung norma. Tentu semua dengan maksud dan tujuan pendahulu kita. Seperti sopan santun dan sekaligus memperkenalkan perjuangan mereka.
“Insyaallah, dengan adanya edukasi seperti ini juga akan menambah kunjungan pariwisata religi di Kotabaru. Dan kami pariwisata juga siap untuk mempromosikannya,” tutupnya.
Reporter: Jumain
Editor : Edhy Darmawan