Wartaniaga.com, Marabahan- Subarni hanya bisa termenung memandangi kebun jeruknya yang direndam air. Harapan mendapatkan puluhan juta rupiah dari hasil panen harus pupus akibat banjir yang menerpa kampungnya, desa Karang Bunga, kecamatan Mandastana kabupaten Barito Kuala (Batola).
Kecamatan Mandastana merupakan salah satu wilayah unggulan sentral penghasil jeruk untuk kabupaten Batola. Namun, sudah 10 hari lebih daerah ini dikepung banjir yang merendam hampir seluruh kebun jeruk masyarakat.
“ Kalau dirata-ratakan saja, setiap satu hertar kebun jeruk di tempat kami bisa menghasilkan tidak kurang dari Rp 10 juta setiap panennya,” ucap Subari kepada wartaniaga.com, Sabtu (23/1) siang.
Menurutnya, jika terendam seperti ini, maka tidak bisa dipanen dan semuanya rusak serta busuk. “ Mau apalagi, pastilah rugi,” ujarnya.
Dirinya mengaku memiliki 5,5 hektar kebun jeruk yang saat ini semuanya habis diterjang banjir. “ Kalau mau ditotal-total Rp 50 jutaan lah untuk semua kebun jeruk saya itu,” papar bapak 2 anak ini.
Dikatakan Subarni, kejadian ini adalah yang pertama kali dialami sejak ia berkebun jeruk mulai 20 tahun yang lalu.
“ Saya sudah 37 tahun di sini, ini banjir yang terparah yang kami alami, bukan hanya kebun jeruk, tapi sawah juga ikut terendam. Dan sapi serta ternak lainnya juga ikut harus diselematkan,” katanya.
Bukan hanya Subarni, kerugian terendamnya kebun jeruk akibat banjir juga dirasakan oleh Rojikin. Meski tidak sebanyak tetangganya, Rojikin yang memiliki kebun jeruk 1 hektar ini hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.
“ Setiap panen tidak kurang dari Rp 15 juta hingga Rp 20 juta bisa saya peroleh dari kebun jeruk 1 hektar itu,” ungkapnya seraya menambahkan tergantung dari harga yang kadang bisa naik dan turun.