Awas Gejala Resesi, Virus Corona ‘Infeksi’ Ekonomi RI

Awas Gejala Resesi, Virus Corona 'Infeksi' Ekonomi RI

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menyebut situasi di atas sebagai permulaan. Efek dari penyebaran virus corona, ditambah perseteruan Arab Saudi-Rusia diperkirakan masih akan memukul perekonomian.

Ia khawatir ekonomi RI masuk gejala resesi. “Pertumbuhan ekonomi jelas akan melambat. Kalau terjadi tiga kuartal berturut-turut, itu masuk fase atau gejala resesi. Virus corona ini bisa mempercepat resesi ekonomi,” ujarnya Kamis (12/3).

Ekonomi Indonesia tercatat melambat sejak tahun lalu. Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal I 2019 sebesar 5,07 persen. Kemudian, lebih lambat lagi pada kuartal II 2019 sebesar 5,05 persen.

Terus melambat pada kuartal III 2019, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,02 persen. Kemudian, ekonomi domestik semakin anjlok pada kuartal IV 2019 dengan pertumbuhan 4,97 persen.

Di mata Bhima, sentimen negatif ada dimana-mana. Bahkan, ia bilang situasi ekonomi saat ini lebih parah ketimbang krisis keuangan 2008 silam. Pada saat itu, sektor yang paling terpukul adalah keuangan, sedangkan sektor lain terpantau bugar.

Bandingkan dengan kondisi tahun ini yang memukul banyak sektor, mulai dari industri manufaktur, pasar saham, dan rupiah yang melempem, termasuk sektor pariwisata. “Kalau sekarang yang kena semua sektor. Ditambah, minyak juga turun,” katanya.

Stimulus ekonomi yang diberikan pemerintah pun dinilai kurang manjur dan terlambat. Diketahui, paket insentif jilid pertama pada Februari 2020 sebesar Rp10,3 triliun.

Insentif yang diberikan, antara lain menambah tunjangan Kartu Sembako dari Rp150 ribu menjadi Rp200 ribu per bulan. Penambahan itu menghabiskan anggaran Rp4,56 triliun untuk 6 bulan ke depan.

Pos terkait

banner 468x60