Kenaikan UMP Berdampak Buruk Bagi Perekonomian Indonesia

Kenaikan UMP

Wartaniaga.com, Jakarta – Kenaikan UMP (upah minimum provinsi) sebesar 8,51% yang beberapa waktu lalu mendapat penolakan dari para buruh dengan pertimbangan jumlah tersebut tidak sesuai dengan kenaikan kebutuhan sehari-hari yang lebih tinggi, justru menimbulkan dampak negatif bagi kelangsungan perekonomian Negara Indonesia.

Bukan tanpa alasan, hal ini dikarenakan akibat banyak investor asing yang tidak berminat berinvestasi di Indonesia. Kedua, tingkat pengangguran yang tinggi karena minimnya investasi yang masuk. Ketiga, negara rentan terhadap pengaruh resesi global yang beberapa waktu terakhir ini membayangi sejumlah Negara maju.

Hal ini diungkapkan oleh Pengamat Kebijakan Publik, Universitas Trisakti Jakarta, Profesor Trubus Rahardiansyah berkata meskipun kenaikan sebesar 8,51% persen ini dinilai terlalu tinggi juga bagi pengusaha, kenaikan ini ternyata tertinggi di Asia Tenggara.

“Minat para investor perlahan berkurang akibat kenaikan UMP yang sangat besar ini,” ucapnya kepada wartaniaga.com, Sabtu (9/11).

Kenaikan UMP Menimbulkan Dampak Negatif Bagi Kelangsungan Perekonomian Negara Indonesia

Menurutnya, Kenaikan UMP tertinggi di Indonesia sendiri terdapat di Jakarta, yakni sebesar Rp4.276.349, Sedangkan kenaikan terkecil adalah UMP di Yogyakarta sebesar Rp1.704.608.

“Untuk rata-rata keseluruhan kenaikan UMP di Indonesia, besarannya mencapai Rp2.655.542 (US$189) perbulan,” urainya.

Profesor Trubus mengungkapkan, kenaikan tersebut ternyata tidak memuaskan para kamu buruh karena mereka menuntut kenaikan yang lebih tinggi, yakni sebesar 15%, serikat buruh di berbagai daerah juga disebut mengancam akan melakukan aksi unjuk rasa seperti yang terjadi di Jakarta.

“Temuan Riset Kebijakan Publik ternyata menemukan fakta bahwa kenaikan ini dinilai terlalu tinggi oleh para pengusaha, Bahkan kenaikan ini ternyata tertinggi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Editor : Muhammad Zahidi

Pos terkait

banner 468x60