Akidi Tio, Ai Lap Yu Pul

Foto : Sinar Harapan

Sosok almarhum Akidi yang ditulis oleh media sekelas Kompas pun hanya sedikit menggambarkan sosok pengusaha asal Langsa, Aceh Timur itu.

” Mendiang mempunyai tujuh orang anak, enam di antaranya tinggal di Jakarta dan satu di Palembang. Semua anaknya pengusaha. Mendiang pernah berpesan kepada anaknya jika sukses dalam bidang usaha apapun agar membantu orang miskin. Almarhum sendiri pengusaha di bidang perbesian dan kontainer,”kata Prof dr Hardi Darmawan yang telah 48 tahun menjadi dokter keluarga Akidi, seperti dikutip Kompas.com. Kemarin, Dr Hardi ikut dalam penyerahan bantuan Rp 2 T di Mapolda Sumsel.

Hardi mengutarakan, bantuan itu bukan kali pertama diberikan oleh keluarga Akidi. Selama pandemi Covid-19 berlangsung keluarga almarhum selalu membantu warga yang terdampak.
Penyerahan sumbangan Akidi Tio berlangsung di Gedung Promoter Polda Sumsel Lantai 3 Jl. Jend. Sudirman KMP, Senin (26/7) siang. Dihadiri

Gubernur Sumsel H. Herman Deru, SH., MM, Kapolda Sumsel Irjen Pol Prof Dr Eko Indra Heri S, MM dan Danrem 044/Gapo Brigjen TNI Jauhari Agus Suraji, S.I.P. S.Sos. Acara yang juga disaksikan oleh perwakilan seluruh pemuka agama berlangsung singkat, hanya sekitar setengah jam. Gubernur Sumsel Herman Deru dalam sambutannya menyatakan sangat terharu kepada kebaikan keluarga Akidi Tio. Dia berharap kebaikan untuk menolong sesama yang membutuhkan menjadi contoh teladan bagi seluruh masyarakat.

 

Terbelah dua lagi

Sekejap saja cerita sumbangan 2 T itu viral, membuat nama keluarga Akidi Tio terkenal. Jadi bahan pembicaraan luas masyarakat. Seperti biasa, di negeri + 62, masyarakat pun kembali terbelah. Ada yang percaya versus kelompok yang sebaliknya. Yang memicu pertama tentu karena nominal sumbangan.

Siapa Akidi Tio, memang setengah mati melacaknya di google atau wikipedia. Nama – nama anaknya pun yang disebutkan semua sukses sebagai pengusaha, tidak tercantum dalam berita. Andai dapat satu nama saja, mungkin bisa dilacak. Inilah kelemahan wartawan di lapangan, tidak sampai detil menggali bahan. Itu yang menjadi argumen pihak yang tidak percaya. Mereka sampai mengulas kesulitan tehnis pencairan dana sebesar itu di bank. Mustahil bisa dicairkan di masa sekarang.

Yang percaya, menjadikan berita itu ” mesiu” baru untuk “menggugat ” para pengusaha tajir kita yang tidak pernah kedengangan melakukan hal sama. Terutama pengusaha Kadin, yang amat dekat dengan Istana. Yang selama ini mengerjakan proyek raksasa pemerintah yang sumber dananya dari APBN.

Menurut pandangan yang percaya, mestinya pengusaha- pengusaha dekat istana itu lebih peduli kepada rakyat yang sedang kesusahan. Saatnya sekarang mereka membantu Presiden Jokowi.

Saya sendiri terpengaruh pihak yang tidak percaya. Sekurangnya, ragu. Saya malah merasa bersalah, tanpa memeriksa siaran pers lebih dulu,langsung meminta wartawan media saya menyiarkan berita Akidi Tio. Maksudnya, supaya berita berisi kebaikan itu menggugah para dermawan lainnya.

Muhammad Nuh

Sampai tengah malam saya gagal mencari tahu siapa mendiang Akidi Tio. Sudah menghubungi ke pelbagai sumber tapi tak berhasil . Saya memang sudah putus asa ketika Anwar Fuady yang paling saya andalkan, tidak mengenal Akidi Tio. Menjelang tidur ingatan malah melayang ke sosok Muhammad Nuh. Warga Jambi itu pernah bikin geger tahun lalu dalam urusan sumbangan untuk atasi pandemi Covid19.

Masih ingat kisah Muhammad Nuh yang ikut lelang motor listrik Gesits milik Presiden Jokowi?
Yup. Yang memenangkan lelang dI “Konser Virtual Berbagi Kasih Bersama Bimbo” 17 Mei 2020. Acara itu untuk menggalang dana penanggulangan Covid19.

Muhammad Nuh yang tinggal di kampung Manggis, Jambi, diumumkan oleh host konser sebagai penawar lelang tertinggi, yaitu Rp. 2.550 juta untuk sepeda motor Gezit, sumbangan Presiden.
Ternyata panitia konser salah “ loket”.

Muhammad Nuh bukanlah pengusaha tambang seperti yang diidentifikasi oleh host acara.

Pos terkait