Wartaniaga.com, Kandangan – Sosok ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan, Tuan Guru Kapuh, kembali menjadi perhatian setelah riwayat hidup dan kiprah dakwahnya dibagikan melalui unggahan akun Instagram @rosehanku.
Tuan Guru Kapuh dikenal sebagai ulama bernama lengkap H Ridwan bin Jauhariyah binti Tuan Guru H Athaillah bin Tuan Guru H Abdul Qadir bin Syekh Sa’duddin (Datu Taniran) bin Mufti Syekh Muhammad As’ad binti Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau lebih dikenal sebagai Datu Kalampayan.
Dalam unggahan tersebut, diceritakan bahwa Tuan Guru Ridwan Kapuh lahir sekitar tahun 1965 dari isteri keempat Tuan Guru H Hasan Basri, yaitu Jauhariyah, yang berasal dari Desa Kapuh, Wasah, Kandangan.
Sejak kecil, ia telah akrab dengan dunia dakwah. Ia sering dibonceng ayahnya naik sepeda ketika berceramah keliling. Kedekatannya dengan dunia ulama sejak usia dini menjadi bekal penting dalam membentuk karakter keulamaannya.
Ayah beliau, H Hasan Basri, merupakan alumni dua pesantren besar: Pondok Modern Gontor di Ponorogo dan Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Bahkan beliau adalah murid kesayangan Tuan Guru H Husin Qaderi.
Menuruti wasiat sang ayah, Tuan Guru Ridwan pun melanjutkan pendidikan ke Gontor setelah menamatkan sekolah Tsanawiyah di Banua.
Sepulang dari Gontor, perjalanan intelektual dan spiritual Tuan Guru Kapuh berlanjut dengan berguru langsung kepada ulama besar Kalimantan Selatan, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul.
Selain menimba ilmu, beliau juga aktif mengajar di MAPK (MAN 4 Martapura) dan di Pondok Pesantren Hidayatullah Martapura (SMIH). Di sinilah beliau mendalami kitab-kitab kuning dan menjadi salah satu murid kesayangan Abah Guru.
Dalam kesaksiannya, Tuan Guru Kapuh menyampaikan bahwa pendidikan di Gontor membuatnya aktif berbahasa Arab secara praktis, sementara berguru kepada Abah Guru Sekumpul membekalinya pemahaman mendalam terhadap kitab kuning dan cabang ilmu-ilmu keislaman.
“Suatu perpaduan yang bisa saling mengisi, saling melengkapi dan saling menguatkan satu sama lain,” tulis Arif dalam postingan tersebut.
Menariknya, sebelum Abah Guru Sekumpul wafat pada 5 Rajab 1426 H (2005 M), Tuan Guru Kapuh telah mendapatkan izin untuk membuka majelis sendiri di kampung halamannya.
Namun karena tawadhu dan rasa hormat, beliau baru berani memulainya setelah sang guru wafat. Kini, majelis ilmu yang diasuhnya menjadi rujukan dan tempat menimba ilmu bagi masyarakat Kalimantan Selatan dan sekitarnya.
Sumber : Instagram @rosehanku
Editor : Eddy Dharmawan




















