Lebih lanjut, Hari mengungkapkan infografis anjuran tersebut dikeluarkan oleh kantor regional untuk wilayah Mediterania Timur yang mencakup Timur Tengah, Afrika Utara, Yunani, Italia atau bisa dibilang negara-negara dengan konsumen minyak olive oil yang tinggi. Konten serupa juga ditemukan di kantor regional WHO untuk wilayah Eropa. Dengan kata lain infografis tersebut beredar di wilayah-wilayah yang menjadi kompetitor terbesar kelapa sawit di pasar komoditas minyak nabati dunia.
“Kami sudah melayangkan surat keberatan kepada WHO Indonesia dan mendorong perwakilan di Jenewa untuk menyampaikan concern yang sama dengan menyertakan bukti-bukti ilmiah” Tegas Hari.
Secara Ilmiah, Direktur Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology Center (SEAFAST), Nuri Andarwulan menyebutkan informasi yang dikeluarkan oleh kantor regional WHO mengabaikan berbagai sumber-sumber ilmiah yang membuktikan manfaat kesehatan minyak kelapa sawit, terutama kaitannya dengan imunitas tubuh.
“Sumber pada infografis WHO tersebut berasal dari artikel yang dipublikasikan pada tahun 2014 yang berjudul “The Palm Oil Industry and Non Communicable Disease” yang menyebut jika sawit meningkatkan resiko penyakit cardiovascular dan tingkat LDL cholesterol atau kolesterol jahat di dalam tubuh. Namun ini merupakan penelitian yang sudah kadaluarsa karena dalam artikel yang sama, tercantum 9 artikel dari jurnal internasional yang menyatakan sebaliknya. Jadi WHO tahu kalo itu sudah terbantahkan.” Tegas Nuri.




















