Lanjutnya fenomena ini menjangkiti ABG malah terkadang lucu dan secara fashionable kurang,tetapi bagi yg memandang mereka penampilan fashion mereka terkesan lucu dan unik atau bisa dikatakan tidak sesuai dengan umur, bisa juga karena postur tubuh tidak sesuai fashion kotak-kotak papan catur.
“Fenomena fashion ini otomatis akan cepat terpublish dikarenakan pesatnya informasi di medsos terkait fashion kekinian shg menjadikan para ABG kita mencoba membeli dan memakai langsung dalam satu komunitas,” bebernya.
Selanjutnya, Hal ini sah-sah saja asalkan tidak menganggu atau membuly kawan Sepermainan, karena tidak mempunyai baju yang sedang trend yang mengakibatkan terganggunya perkembangan psikis.
“Setiap yang viral di tempat kita selalu untuk mencoba dan mencari produknya sehingga gayung bersambut para pedagang pakaian pun mulai ikutan trend untuk memperdagangkan fashion hypebeast,” paparnya.
Hal semacam ini, bukan hanya di kota Banjarmasin bisa jadi fenomena ini juga diikuti kalangan ABG kabupaten lainnya di Kalsel karena para ABG tersebut mendapatkan info kekinian yg lagi viral.
“Silakan mengikuti pola kekinian asal sesuai norma agama, bersih, rapi, sopan dan selalu menjaga adab, sesuai dengan slogan Banjarmasin Ba-Iman (Barasih dan Nyaman),” pesannya.
Selain itu, menjadikan prestasi di sekolah modal utama sedangkan fashion sebagai bagian mendukung prestasi.
“Semoga anak kita para ABG mengikuti pepatah orang tua dulu menjadi anak-anak yang Baiman, Bauntung, Batuah dan Baadab,” pungkasnya.
Reporter/foto: Aditya
Editor : Hamdani




















