Wartaniaga.com, Banjarmasin – Sejumlah pelaku jasa penukaran uang pinggir jalan mengaku sepi pelanggan. Penyebabnya, biaya tambahan atau jasa yang mereka kenakan terlalu besar.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya biaya jasanya berkisar antara 10 hingga 15 persen saja, tapi kali ini naik menjadi 30 persen.
Naiknya jasa pertukaran ini terjadi seiring dengan mendekatnya lebaran Idul Fitri dan libur panjang, yang memicu kebutuhan masyarakat untuk menukarkan uang dalam jumlah besar.
Salah pelaku usaha penukaran uang pinggir jalan, Zulfa mengatakan usahanya tak seramai tahun- tahun sebelumnya.
“Untuk tahun ini 30 persen, kalau tahun kemarin hanya 15 persen jasanya. Bahkan ada yang mematok sampai 40 persen”, ujar Zulfa, Rabu (26/03/25).
Ia mengungkapkan penetapan besaran angka persentase ini dilakukan oleh pemilik modal. ” Saya hanya kerja saja, pemilik modal yang menetapkan sebesar itu,” tuturnya.
Dirinya mencontohkan, biaya tambahan tukar uang ini sebesar 30 persen per 100 ribunya dan totalnya menjadi 130 ribu. Nominal 500 ribu (uang 5 ribu) menjadi 650.000, 10 juta (uang 10 ribu) menjadi 1 juta 300 ribu dan 20 juta (uang 20 ribu) menjadi 2 juta 600 ribu, itu biaya tambahan yang harus dibayarkan ke penjual jasa.
Zulfa menambahkan naiknya biaya tambahan ini menjadi penyebab para penukar memikirkan berulang kali untuk menukarkan uangnya dalam bentuk pecahan, sehari para penukar hanya datang sekitar beberapa puluh orang saja.
“Sebelum naik 30 persen biasanya jelang lebaran ramai yang menukar uang, sekarang memang banyak orang yang datang tapi ketika tahu biaya jasanya akhirnya tidak jadi menukarkan uangnya”, paparnya.
Sementara itu, pelaku usaha lainnya, Iky juga merasakan hal yang sama, lonjakan biaya tambahan ditempatnya sebesar 30 persen membuat para penukar uang datang hanya untuk bertanya saja.
Nominal yang paling laku adalah Rp 5 ribuan dengan tukaran Rp 500 ribu”, ucap Iky singkat seraya mengakui jika tahun ini lebih sepi dari tahun sebelumnya.
Reporter : Sephia Aprilian Pradini
Editor:Reza




















