Wartaniaga.Com,Jakarta- Institute for Energy Economics and Financial Analysis (IEEFA) mengungkap industri batu bara terancam terpuruk akibat penyebaran wabah virus corona.
Analis IEEFA Ghee Peh menyebut pembayaran loyalti sebesar US$551 juta atau setara Rp8,2 triliun (mengacu kurs Rp14.900) dari total US$1,26 miliar atau setara Rp18,77 triliun (mengacu kurs Rp14.900) terancam tak mampu dibayarkan jika harga batu bara tak kunjung membaik dan masih berada di kisaran US$58/ton sepanjang 2020.
“Penelitian kami menunjukkan penjualan batu bara di harga saat ini yaitu di kisaran US$58/ton dapat mengakibatkan masalah kas untuk berbagai produsen batu bara Indonesia,” ungkap Ghee seperti dikutip dari risetnya pada Senin (11/5).
Ia bilang, Indonesia sebagai negara produsen dan eksportir utama batu bara akan mengalami pukulan berat akibat anjloknya harga batu bara yang pada Januari 2020 masih dihargai sebesar US$70/ton.
Riset yang melibatkan sembilan perusahaan batu bara Indonesia dan dua perusahaan batu bara Singapura mengungkap sebelum membayarkan royalti pun, setidaknya ada perusahaan yang mengalami kas negatif yaitu PT Bumi Resources Tbk, PT ABM Investama Tbk, dan PT Geo Energy Resources Tbk.
Ghee menjelaskan dengan pendapatan yang tak dapat menutupi beban operasional, para perusahaan batu bara kemungkinan meminta penangguhan pembayaran loyalti yang ditetapkan sebesar 13,5 persen tersebut.
“Setelah pembayaran loyalti, akan ada enam dari sebelas perusahaan yang mengalami kas minus sehingga jika penangguhan diperluas untuk seluruh perusahaan di sektor batu bara maka potensi penangguhan loyalti sebesar Rp18,77 triliun,” ucapnya.




















