Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan pergerakan harga emas di pasar internasional masih terus disokong oleh sentimen kekhawatiran pasar terhadap virus corona atau Covid-19. Diketahui, jumlah kasus infeksi virus corona di dunia terus meningkat.
Berdasarkan data penyebaran virus corona dari Johns Hopkins CSSE pada Selasa (3/3) pukul 09.00 WIB, jumlah kasus positif telah mencapai 90.912 dengan jumlah korban meninggal sebanyak 3.117 orang di dunia. Kasus terbanyak terjadi di China, Korea Selatan, Italia, Iran, dan Jepang.
Tak hanya itu, beberapa negara pun ikut mengumumkan kasus positif virus corona perdana mereka. Misalnya, Indonesia, India, hingga Arab Saudi.
“Pasar masih mengkhawatirkan perkembangan virus corona yang terus bertambah di luar China. Ini menjadi pendorong naik harga emas,” ucap Ariston kepada wartaniaga.com, Selasa (3/3).
Sementara di pasar keuangan, sentimen penguatan harga emas berasal dari kebijakan moneter para bank sentral di dunia. Sebelumnya, pasar telah menanti rencana pemotongan tingkat suku bunga acuan bank sentral AS, The Federal Reserve sebesar 25 basis poin (bps).
Ekspektasi pasar rupanya mendorong bank sentral Jepang, Bank of Japan mengumumkan kebijakan operasi pasar dengan membeli surat utang atau obligasi sekitar 500 miliar yen. Selain itu, pasar juga menanti kebijakan moneter dari bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia.
Kendati begitu, Ariston melihat ada pula faktor yang bisa menghambat pergerakan harga emas ke depan. Sebab, bursa saham Asia mulai bergerak positif pada hari ini.
“Sentimen positif ini mungkin bisa menahan penguatan harga emas,” katanya.
Ia pun memperkirakan harga emas akan bergerak di rentang yang lebih sempit dari kemarin. Proyeksinya, harga emas ada di kisaran US$1.570 sampai US$1.620 per troy ons pada hari ini.
Reporter/Foto : Mamay
Editor : Ricky




















