Sastra, terutama puisi, menjadi minat yang sangat ditekuninya. Sajak-sajaknya tersebar di media massa lokal dan nasional, juga terhimpun di lebih dari 20 antologi puisi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Perancis, di antaranya Matahari Cinta Samudera Kata (Editor: Rida K Liamsi, 2016), Yang Datang Setelah Chairil (Editor: Sutardji Calzoum Bachri, 2016), Peradaban Baru Corona 99 Puisi Wartawan-Penyair Indonesia (Editor: Remy Silado, 2020).
Dua puisinya yang berjudul ‘Nude’ (Nota untuk Desember) dan ‘Gurindam Setengah Mayam’ dimuat di halaman Bentara, Kompas, edisi Jum’at 4 Juli 2003 dan tercatat sebagai puisi dari penyair Kepulauan Riau pertama yang dimuat di Kompas sejak surat kabar nasional tersebut mulai membuka rubrik puisinya (kala itu masih bernama ‘Bentara’). Sejak itu, sajak-sajaknya secara rutin tayang di media-media nasional seperti Kompas, Koran Tempo, Republika, Media Indonesia, Jawa Pos, Suara Merdeka.
Tahun 2008, Yayasan Sagang memberi laluan kepada Ramon untuk menerbitkan buku kumpulan puisi pertamanya, Bulu Mata Susu. Setahun setelah Bulu Mata Susu terbit, Ramon Damora diundang sebagai peserta Festival Utan Kayu Litterary Biennale 2009 di Komunitas Salihara, Jakarta Di Utan Kayu Litterary Biennale Festivale 2009, puisi-puisi Ramon Damora diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris dan termaktub dalam antologi dwi-bahasa ‘Traversing/Merandai’ (Salihara, 2009). Di tahun yang sama, Anugerah Pena Kencana memilih puisi-puisinya untuk antologi ’60 Puisi Indonesia Terbaik 2009′ (Gramedia, 2009).
Tahun 2011, sajak-sajak pendeknya bertema cinta dimuat dalam antologi ‘Cinta, Kenangan, dan Hal-hal yang Tak Selesai’ (Gramedia, 2011). Antologi ini memuat puisi-puisi cinta yang pendek, kurang dari 200 karakter, yang dipublikasikan di medium mikroblog Twitter pada akun @sajak_cinta. Selain Ramon, buku antologi ‘Cinta, Kenangan…’ juga memuat penggalan sajak-sajak cinta musisi Anji, artis Olga Lidya, sastrawan Agus Noor, Warih Wisatsana, Gunawan Maryanto Hasan Aspahani.