Mengintip Usaha Kerajinan Perak  (Bagian 2)

(wartaniaga.com - Foto: Edi Koesmono)

Baginya bisnis perhiasan terbilang tidak ada matinya karena hampir sepanjang tahun bisnis ini selalu ramai. Terlebih lagi menjelang hari-hari besar seperti  Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun Baru pemesan perhiasan ditempatnya selalu meningkat.

BACA  Sebelumnya: Mengintip Usaha Kerajinan Perak  (Bagian 1)

Bacaan Lainnya
banner 300x250

“Sepanjang tahun selalu ramai terlebih lagi menjelang hari raya seperti ini pesanan cukup banyak. Sama halnya jika mau natal dan tahun baru pesanan akan banyak  datang dari provinsi Kalteng, karena saya juga jualan sampai ke Palangkaraya, Sampit dan Pangkalanbun” ujarnya yang sehari sebelumnya baru datang dari Palangkaraya.

Meski saat ini banyak toko perhiasan yang mendatangkan perak  dari pulau jawa, dirinya tidak takut bersaing. Karena, bagi pecinta perhiasan khususnya perak pasti akan memilih perak lokal yang kadarnya lebih tinggi.

“Tidak dapat dipungkiri banyak perhiasan perak dengan berbagai model didatangkan dari pulau  Jawa, Alahamdulillah tidak berpengaruh terdahap pemesan ditemapat kami. Rata-rata pelanggan kami lebih memilih perak lokal, selain kadar peraknya yang mencapai 99 persen juga tahan lama tidak mudah pudar warnanya.” Katanya Muji.

Ada beberapa perbedaan antara perak lokal dengan perhiasan perak yang didatangkan dari pulau jawa. Dari kadarnya perak lokal lebih tinggi, lokal mencapai 99 persen sedangkan perak luar hanya 92 persen. Kadar ini berpengaruh terhadap warna dan keawetan, semakin tinggi kadarnya maka perhiasan itu akan lebih awet.

Pelanggannya juga lebih suka perak lokal karena dapat memilih dan menentukan sendiri jenis serta bentuk perhiasan yang diinginkan.

“Perak lokal dibuat secara handmade sedangkan perak luar proses pabrikan, faktor ini juga menjadi alasan pelanggan untuk tidak beralih ke yang lain. Berdasarkan pelangalaman mereka perak luar selain mudah pudar juga kurang awet” ujarnya

Menggunakan alat dan perlengkapan yang cukup, Muji mengerjakan proses pembuatan perhiasan secara sendirin.

“saya membeli perak murni, harganya saat ini 7.000 an setelah itu baru diproses melalui pemanasan dan peleburan dengan menggunkan alat yang saya buat sendiri. Lalu baru dijadikan lempengan tipis agar mudah mengukir dan membentuk perhiasan yang diingkan” jelasnya.

Dari lempengan perak inilah yang  kemudian di potong membentuk perhiasan seperti mata kalaung, bros dan lainnya. Proses ini ckup memerlukan waktu lama dibandingkan yang lain karena memerlukan ketelitian dan keahlian tersendiri. Proses akhirnya adalah dengan memberi pengkilap warna yang membuat perhiasan terlihat berkilau.

Bapak 2 anak ini juga memberi tips bagaimana merawat perhiasan perak. Menurutnya sikat gigi dan soda kue sebagai bahan utama membersihkan perhiasan perak.

“Gunakan sikat gigi dan oleskan soda kue setelah itu sikat secara perlahan. Bagian akhinya gunakan kain halus agar tidak merusak perhiasan” jelasnya.

Reporter : Edi Koesmono

Editor : Didin Ariyadi

Foto : Edi Koesmono

Pos terkait

banner 468x60